Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Peralatan Pencampur Beton

Berikut ini adalah peralatan yang digunakan untuk mencampur beton ( concrete batching and mixing ). Concrete Mixer Concrete Mixer (Pencampur Beton) Alat ini prinsipnya terdiri atas beberapa buah silinder tegak yang dapat berputar terhadap poros memanjangnya, atau ada yang berporos miring. Poros ini dapat diatur sedemikian rupa untuk memudahkan pemasukkan agregat dan pengeluaran beton yang sudah dicampur. Di dalam silinder ini terdapat sejumlah dayung (paddle) yang akan mengaduk campuran agregat bila silinder tersebut berputar, akibat proses ini campuran beton menjadi merata dan dapat menghasilkan beton yang baik. Kemudian air dimasukkan ke dalam silinder setelah agregat tercampur sempurna. Volume campuran beton ditentukan oleh banyaknya silinder, yang biasanya memiliki kapasitas nominal 1/3 atau 1/4 volume silinder, dimana ruang sisanya diperlukan untuk proses pencampuran. Perhitungan kapasitas produksi dari alat mixer ini dapat dihitung dengan rumus: Qm =   60 (V) K 27 (c +

Alat Berat pada Pekerjaan Beton

Peralatan pembetonan, secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut : Peralatan pengangkat dan pengangkut material beton (Concrete Material Handling  equipment). Peralatan pencampur beton ( Concrete Batching and Mixing Plant ) . Peralatan untuk membawa campuran beton dalam penecoran ( Concrete hauling ). Concrete bucket dan pouring equipment. Pompa beton ( Concrete Pump ). PERALATAN PENGANGKAT DAN PENGANGKUT MATERIAL BETON Tank Truck Untuk Mengangkut Semen Yang dimaksud material beton disini adalah : 1. Material dari beton yang dibuat secara Precast, misalnya:  caison, pipa-pipa, tiang pancang, girder jembatan, dll. Sehingga untuk sampai pada job site (lokasi pekerjaan) diperlukan alat berat untuk mengangkutnya. Alat berat untuk mengangkat material beton : crane, loader boom, mobil lift . Sedangkan untuk mengangkutnya digunakan : trailer untuk jalan darat dan kapal untuk jalan laut. 2. Material agregat, seperti pasir, kricak, dan semen. Jika lokasi pengambilannya (quer

Management Alat Berat

Berikut ini ringkasan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam management alat berat dalam pekerjaan teknik sipil . 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN A. Peninjauan Lokasi Proyek Ploting data dan gambar rencana pada lokasi pekerjaan Survey dan pengukuran  Pengujian jenis material Survey dan pengujian kondisi infra struktur (Acces Road) Survey kondisi sosial masyarakat B. Alokasi Pekerjaan Inventarisasi jenis pekerjaan yang menggunakan alat berat . Perhitungan volume bebagai jenis pekerjaan. Kondisi dan jumlah tenaga kerja Perijinan penggunaan infra struktur. Persiapan fasilitas penunjang operasional Perincian schedule Preventif penanggulangan masalah non teknis/ sosial Penyusunan RAP 2. PEMILIHAN DAN PENGADAAN ALAT BERAT A. Pemilihan Alat Berat Didasarkan pada pertimbangan teknis dan ekonomis, yaitu bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak menyimpang dari RAB. Didasarkan pada kejelasan tentang : Jenis kegiata

Efek Samping Pekerjaan Dewatering

Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan mulus tanpa akibat-akibat samping terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan. Dewatering dapat menyebabkan settlement karena: Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well). Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress. Untuk kasus nomor.1 dan nomor 2 masih bisa untuk di kontrol dengan suatu metode yang layak, tetapi yang terakhir dapat saja terjadi pada metode yang layak sekalipun. Dampak lain dari pekerjaan dewatering , selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek konstruksi). Adalah sebagai berikut: Dapat menyebabka

Dewatering untuk bangunan penutup sungai

Yang dimaksud dengan dewatering pada bangunan penutup sungai ini misalnya pada bangunan/ pekerjaan bendungan . Dalam melaksanakan pekerjaan bendungan biasanya membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup panjang (lama), terkadang bisa melalui beberapa musim. Pekerjaan dewatering pada dasarnya, dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada saat debit sungai terkecil, sehingga aka memperingan proses pekerjaan dewatering (pengeringan). Tetapi karena tuntutan pekerjaan dan schedule pelaksanaan , sering pekerjaan dewatering masih perlu dilakukan pada musim hujan, ketika debit  sungai sudah mulai membesar. Dalam hal ini cofferdam dibuat dalam dua tahap yang cukup untuk menanggulangi musim kemarau dengan debit kecil pada tahap awal, dan pada tahap berikutnya dibuat cofferdam yang lebih tinggi. Bila selama tahap pertama pekerjaan dapat diselesaikan di atas muka air, maka cofferdam tahap kedua tidak perlu dibuat. Cofferdam tahap I dipersiapkan pada debit sungai terkecil : Cofferdam tahap I Coff

Dewatering pada Bangunan di Tengah Sungai

Dewatering pada bangunan di tengah sungai termasuk dalam dewatering air permukaan karena pekerjaan yang akan dilakukan berada di bawah muka air permukaan. Salah satu bangunan yang bisa dijadikan study kasus adalah pilar pada jembatan . Struktur Pilar Jembatan Setelah tiang pancang selesai dipancang dengan floating pile driver , sampai ke dasar sungai dengan menggunakan follower (penyambung pemancangan), maka daerah sekeliling struktur pilar dikurung dengan steel sheet pile , yang dipancang sebagai cofferdam . Kemudian daerah yang terkurung tersebut dikeringkan dengan pompa.(sambil dipasang bracing). Cofferdam dengan menggunakan bracing Sumber: METODE KONSTRUKSI DEWATERING oleh ASIYANTO

Dewatering Bangunan Pada Sungai

Pada kasus dewatering air permukaan kali ini akan digunakan pada Bendung . Untuk bangunan seperti ini, pelaksanaan tahap pertamanya yang ditetapkan adalah bagian pintu bilas, sekaligus pintu intake, dan tembok tepi. Untuk menghemat waktu, maka proses dewatering diprioritaskan cukup bagian bangunan di atas elevasi muka air saja. Bagian di atasnya dapat dikerjakan setelah pekerjaan yang terganggu oleh air selesai. Dengan demikian cofferdam yang harus dipasang pada tahap pertama adalah pada bagian ini. Cofferdam tahap 1 Setelah pemasangan cofferdam selesai, dilakukanlah pengeringan dengan open pumping , airnya dibuang ke saluran. Untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan, maka pekerjaan yang menjadi prioritas diselesaikan cukup sampai elevasi di atas air permukaan yang ada. Dengan demikian bila bangunan telah dapat diselesaikan di atas elevasi muka air, maka cofferdam dapat segera dibongkar untuk dipindah ke bagian lain yang memerlukan. Sisa bangunan di atas elevasi muka air permukaan

Dewatering Bangunan pada Saluran

Yang termasuk bangunan pada saluran misalnya disini adalah Pasangan talud saluran. Untuk pekerjaan dewatering pada pasangan talud saluran yang harus kita lakukan adalah : Pasangan Talud Langkah pertama adalah memasang cofferdam sederhana dengan menggunakan trucuk yang ditancapkan pada dua sisi mengelilingi daerah yang akan dikeringkan untuk pembangunan pasangan talud. Kemudian dilapisi dengan lembaran anyaman bambu dan bagian tengahnya diisi dengan tanah lempung (clay). Air di daerah yang dikurung dipompa keluar untuk mengeringkan daerah yang akan dipasangi talud. Untuk menghemat waktu pengeringan, pasangan talud hanya dilkerjakan cukup di bawah elevasi muka air, sedangkan sisanya keatas dapat dikerjakan tanpa menggunakan cofferdam . Setelah pasangan talud selesai (sampai elevasi di atas muka air), cofferdam dipindah ke daerah sebelahnya yang akan dikeringkan, dengan cara yang sama. Begitu seterusnya sampai seluruh panjang rencana talud selesai. Bila saluran tidak cukup lebar, maka

Dewatering Air Permukaan

Pekerjaan Sipil yang terletak di atas muka air tanah , terkadang juga memerlukan pekerjaan dewatering , bila bangunan tersebut terletak di bawah muka air tanah, seperti muka air sungai, danau atau laut. (Bangunan tersebut dapat berupa bangunan di sepanjang saluran yang sudah berfungsi, bangunan bawah dari jembatan, bangunan intake, baik di sungai maupun di laut dll) Pada umumnya pekerjaan dewatering untuk bangunan di bawah muka air permukaan menggunakan sistem open pumping, dengan dibantu oleh cofferdam atau kistdam sebagai penahan air. Tetapi untuk bangunan di sepanjang saluran yang sudah berfungsi, biasanya dilakukan pada saat masa pengeringan. Yaitu masa tanaman tidak memerlukan air, sehingga air saluran dapat dikeringkan dengan menutup pintu air yang ada. Dengan demikian  pengerjaan bangunan dapat dilaksanakan seperti pada bangunan biasa yang tidak terganggu oleh air. Pada dasarnya pekerjaan dewatering air permukaan dilakukan dengan mengurung daerah yang akan dibangun dengan c

Perencanaan Pondasi

Untuk dapat menentukan jenis pondasi dan ukuran pondasi yang akan dipakai kita harus mengetahui beban yang akan didukung oleh pondasi . Untuk itu kita akan menghitung beban bangunan di atas pondasi secara kasar. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, beban hidup untuk bangunan : Rumah tinggal = 200 kg/m2 Perkantoran, pertokoan dan ruang kelas = 250 kg/m2 Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3 Berat jenis pasangan bata = 1700 kg/m3 Berat jenis kayu = 1000 kg/m3 Perhitungan berat bangunan adalah : [Luas Bangunan X Beban hidup (sesuai peruntukan bangunan)]   +    [(volume beton dan volume bata) X berat jenis masing-masing material] Misalnya, dari perhitungan tersebut diperoleh angka 1000 ton dan jumlah kolom atau tiangnya 20 buah, maka secara kasar masing-masing kolom menahan beban 50 ton. Dengan demikian kita bisa menentukan model dan ukuran pondasi yang akan dipakai : Jika digunakan pondasi tiang pancang tipe minipile 28/28 maka dibutuhkan sebanyak satu

Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi . Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan berat 3 – 7 ton. Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang

Pondasi Strauss Pile atau Bored Pile

Pondasi strauss pile ini termasuk kategori pondasi dangkal. Pondasi jenis ini biasanya digunakan pada bangunan yang bebannya tidak terlalu berat, misalnya untuk rumah tinggal atau bangunan lain yang memiliki bentang antar kolom tidak panjang. Strauss Pile Cara kerja pemasangan pondasi ini adalah dengan mengebor tanah berdiameter sesuai perhitungan struktur diameter pondasi . Setelah itu digunakan cassing dari pipa PVC yang di cor sambil diangkat cassing-nya. Cassing digunakan pada tanah lembek dan berair. Jika tanah keras dan tidak berair, pondasi dapat langsung di cor tanpa cassing. Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 5 meter dengan mengunakan besi tulangan sepanjang dalamnya pondasi . Biasanya ukuran pondasi yang sering dipakai adalah diameter 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sesuai dengan tersedianya mata bor. Seperti layaknya pondasi tiang, maka pondasi strauss ini ditumpu pada dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan beton adalah mengikatkan tulangan pondasi pada kolom

Jenis-Jenis Pondasi

1. Pondasi Batu Kali Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah : - Batu belah (batu kali/guning) - Pasir pasang - Semen PC (abu-abu). Kelebihan : Pelaksanaan pondasi mudah Waktu pengerjaan pondasi cepat Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)  Kekurangan : Batu belah di daerah tertentu sulit dicari Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama) Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat. 2. Pondasi Tapak (Foot Plate)  Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras. Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu belah/k

Cara Menentukan Jenis Pondasi

Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang memadahi, perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua jenis pondasi dapat dilaksanakan di semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang pancang pada daerah padat penduduk tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah memenuhi syarat). Baca juga:   https://sejasaku.net/kontraktor-jasa-bor-pile-semarang/ Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi : Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi . Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure). Faktor lingkungan. waktu pekerjaan pondasi Biaya pengerjaan pondasi Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut. Pemilihan Pondasi Berdasar Daya Dukung Tanah : Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah maka jenis pondasi nya adalah pondasi dangkal. (misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss ). B

Pondasi

Pondasi adalah struktur bangunan bagian bawah yang berfungsi meneruskan gaya dari segala arah bangunan di atasnya ke tanah. Dengan demikian pembangunan pondasi harus dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat pondasi itu sendiri, beban-beban berguna, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. Adanya penurunan pondasi setempat atau secara merata melebihi batas tertentu akan menyebabkan rusaknya bangunan atau menimbulkan patahan pada beton. Oleh karena itu penggalian tanah untuk pondasi sebaiknya harus mencapai tanah keras. Secara umum terdapat dua macam pondasi , Yaitu: Pondasi Dangkal : dipakai untuk bangunan bertanah keras atau bangunan-bangunan sederhana.  Pondasi Dalam : dipakai untuk bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak kolom lebih dari 6 meter), dan bangunan bertingkat. Pondasi Dangkal Yang termasuk Pondasi dangkal antara lain: Pondasi batu kali setempat Pondasi lajur batu kali Pondasi tapak at

Tunnel Dewatering

Pembuatan terowongan (Tunnel) merupakan pekerjaan yang memiliki karakteristik unik, yang harus mempertimbangkan pengendalian air tanah. Problem dewatering baru timbul, bila letak terowongan berada di bawah muka air tanah (ground water level). Bila tanah di sekitar tunnel cukup kohesif atau well graded maka air tanah mudah dikendalikan, tapi bila tanah di sekitar tunnel terdiri dari uniform fine sand atau silty sand maka rembesan air yang kecil pun dapat menyebabkan keruntuhan tanah. Untuk itu perlu extra pada pekerjaan dewatering . Beberapa metode dewatering yang dapat digunakan pada tunnel adalah: Dewatering dengan Predrainage Dewatering dengan Tekanan Udara (Compressed Air) Dewatering dengan Pembekuan (Freezing) Dewatering dengan Grouting Dewatering dengan Saluran (Subdrainage) Mari kita bahas satu-persatu metode dewatering di atas. Predrainage Metode ini paling mudah dan sederhana, tetapi bila tunnel cukup dalam atau melalui banyak bangunan di atasnya, maka akan sangat maha

Tips Mengatasi Masalah Dinding Rumah

Berikut ini beberapa tips yang mungkin bisa membantu anda dalam memelihara / merawat rumah . Tips Mengatasi Bekas Bobokan di Dinding Bila anda akan melakukan pekerjaan yang bisa membuat dinding tembok anda menjadi rusak, misalnya pekerjaan instalasi listrik atau anda ingin memasang AC pada ruang kerja anda yang mengharuskan anda untuk membobok dinding / tembok anda. Tentu sayang bila perbaikan tembok bekas bobokan menimbulkan cacat/bekas yang masih nampak yang mengganggu pemandangan di ruang anda. Untuk mengatasi hal tersebut terjadi, anda bisa melakukan tips berikut: Pertama-tama tutuplah dinding yang dibobok dengan acian Setelah mengering, acian diamplas hingga halus dan rata Kemudian dicat menggunakan cat besi atau cat kayu warna putih Setelah kering, cat dengan cat tembok dengan warna cat yang sama sebanyak 2-3 kali. Maka bekas bobokan di dinding/ tembok anda akan hilang. Mengatasi Dinding Kamar Mandi Lembap Bila anda menemukan dinding luar kamar mandi anda selalu lembab,

Masalah Sipil yang Berkaitan dengan Rembesan

Berikut ini beberapa kendala atau masalah yang sering timbul pada bangunan-bangunan sipil yang disebabkan oleh rembesan air . Rembesan melalui bendungan / dam atau tanggul. Rembesan melalui tanggul Gaya angkat pada bendung mempengaruhi stabilitas. Uplift Force Rembesan pada Cover dam Cover DAM Pengendalian rembesan bahan limbah cair Pengaruh rembesan pada proses Konsolidasi tanah.

Dewatering Cost

Biaya dewatering sangat bervariasi, tergantung dari berbagai faktor: Kondisi tanah dan air tanah Metode dewatering yang digunakan  Ukuran dan dalamnya galian tunnel (untuk tunnel dewatering ) Lamanya metode pengeringan( dewatering ) yang diperlukan  (Untuk dewatering dengan pompa) Upah tenaga dan aturan tenaga kerja setempat Tersedianya peralatan dewatering Tersedianya tenaga listrik Di dalam estimasi biaya dewatering , biasanya dikaitkan dengan lamanya periode pengeringan yang diperlukan. Oleh karena itu keterlambatan pekerjaan yang berkaitan dengan dewatering akan mempengaruhi naiknya biaya dewatering . Dalam perhitungan biaya dewatering , biasanya biaya langsung dari dewatering terdiri dari 3 unsur biaya, yaitu: Biaya mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan Biaya pemasangan dan pembongkaran peralatan dewatering Biaya operasi dan pemeliharaan. Sedang biaya tidak langsung dewatering , terdiri dari: Cadangan keuntungan spesialis subkontraktor Overhead Subkontraktor Asuransi pe

Peralatan Untuk Pekerjaan Dewatering

Untuk pekerjaan dewatering , alat utama yang digunakan adalah pompa , sedangkan alat yang lain bersifat melengkapi saja. Berikut ini adalah alat-alat yang dibutuhkan saat melakukan pekerjaan dewatering : Open Pumping Dewatering Peralatan yang diperlukan hanya pompa saja. Bila pompa yang digunakan adalah pompa listrik , maka perlu juga disediakan generator (bila tidak tersedia sumber listrik PLN) Predrainage Dewatering Untuk sistem well (jarak titik lebih dari 5 meter), peralatan yang diperlukan adalah : Alat bor tanah , macamnya adalah : Jetting , yaitu untuk well diameter 600 mm, dengan kedalaman 30 m, dan tanah berupa pasir. Self Jetting , yaitu untuk well diameter 200 mm, dengan kedalaman yang dangkal, dan tanah berupa pasir. Hole Puncher , untuk lapisan tanah yang sulit ditembus dan memiliki kemampuan bor yang lebih dalam. Pipa Casing dengan Screen , alat ini biasanya dipasang bersama pada saat pengeboran . (misal dengan hole puncher). Pompa Submarsible , diletakkan dalam ca

Prinsip Perhitungan Struktur menggunakan Komputer

Komputer bisa menjadi alat bantu yang handal untuk melakukan perhitungan struktur . Namun untuk menggunakan software komputer kita harus : Paham asumsi-asumsi dasar analisis paham perilaku struktur yang sebenarnya Teknik memahami perilaku struktur : Observasi Fisik dan hasil uji Mempelajari Asumsi dasar Mempelajari dasar matematis model Study Parametris Memakai model sederhana Mampu membuat model struktur dan validasi hasilnya. Dalam membuat pemodelan struktur , sebaiknya: Jangan terlalu rumit dari yang diperlukan (jika bisa dibuat model yang simpel tetapi representatif). Jangan berkeinginan membuat model secara keseluruhan dengan ketelitian yang sama untuk setiap detail yang diinginkan. Perlu mengetahui perilaku struktur sebenarnya di lapangan. Faktor-faktor apa yang paling berpengaruh. Tidak ada jaminan bahwa banyak faktor maka hasilnya semakin baik. Jangan langsung percaya dengan hasil keluaran komputer, kecuali telah dilakukan validasi-validasi yang teliti dan ketat. Lihat asums

Metode Cut Off dengan Slurry Trenches

Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry Trenches , Slurry Trenches ini sering digunakan untuk : Untuk Construction Dewatering   Untuk Penjagaan polusi terhadap air tanah   Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul Metode pelaksanaan Slurry Trenches adalah sebagai berikut: Parit digali sesuai lebar dan kedalaman desain dengan menggunakan backhoes, clamp shell atau dragline. Kedalaman galian harus dapat diyakinkan bahwa sudah memotong atau mencapai lapisan kedap air. Bila perlu pada proses penggalian menggunakan bentonite untuk menjaga keruntuhan tanah galian dan sambil membentuk lapisan dinding yang dapat membantu menahan air. Tanah bekas galian yang sudah dibersihkan dari akar-akar dan lain-lain, dicampur dengan slurry  pada permukaan sepanjang parit menggunakan bulldozer atau loader. Material yang ideal dalam hal ini adalah silty sand. Penimbunan kembali lubang parit dengan material yang sudah dicampur slurry tersebut, dilakukan dalam dua tahap. Penimbunan

Tips Memilih Bahan Material Bangunan

Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan anda dalam memilih material bahan bangunan bagi rumah anda : 1. Pasir Pasir harus bersih dari kandungan lumpur karena berpengaruh pada konstruksi bangunan dan mengakibatkan pemborosan pemakaian semen pada saat pengecoran beton . 2. Besi Beton Untuk mendapatkan kekuatan struktur yang baik, kita harus menggunakan besi beton dengan kualitas yang baik pula. Namun  bila dana yang dimiliki tidak mencukupi, maka dapat pula menggunakan besi beton dengan kualitas menengah 3. Semen (Portland Cement) Semua semen yang beredar di pasaran memiliki kesamaan, baik harga maupun kualitasnya. Namun sebaiknya menggunakan semen yang bermerk untuk mendapatkan plesteran yang kuat. 4. Bata Merah atau Batako Sebaiknya menggunakan bata merah yang berukuran sedang, memiliki ciri keras, tidak mudah pecah, dan memiliki ukuran yang seragam. Fungsi bata merah dapat digantikan oleh batako apabila dana yang tersedia tidak mencukupi, namun dari segi ke