Langsung ke konten utama

Alat Berat pada Pekerjaan Beton

Peralatan pembetonan, secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut :


  1. Peralatan pengangkat dan pengangkut material beton (Concrete Material Handling  equipment).
  2. Peralatan pencampur beton (Concrete Batching and Mixing Plant).
  3. Peralatan untuk membawa campuran beton dalam penecoran (Concrete hauling).
  4. Concrete bucket dan pouring equipment.
  5. Pompa beton (Concrete Pump).

PERALATAN PENGANGKAT DAN PENGANGKUT MATERIAL BETON

alat berat pada pekerjaan beton
Tank Truck Untuk Mengangkut Semen

Yang dimaksud material beton disini adalah :

1. Material dari beton yang dibuat secara Precast, misalnya:  caison, pipa-pipa, tiang pancang, girder jembatan, dll.

Sehingga untuk sampai pada job site (lokasi pekerjaan) diperlukan alat berat untuk mengangkutnya.
  • Alat berat untuk mengangkat material beton : crane, loader boom, mobil lift.
  • Sedangkan untuk mengangkutnya digunakan : trailer untuk jalan darat dan kapal untuk jalan laut.

2. Material agregat, seperti pasir, kricak, dan semen.

Jika lokasi pengambilannya (query area) tidak terlalu jauh, biasanya cukup menggunakan truck / dump truck, tapi jika lokasinya terlalu jauh atau bahkan sampai menyeberang laut, maka bisa menggunakan kapal.
Agregat tersebut disimpan dalam suatu "bin" yang berfungsi sebagai penampung sementara, untuk kemudian diangkut menuju batching plant, peralatan pembawanya bisa berupa belt conveyor, bucket conveyor atau loader.
Untuk material PC, terutama dalam keadaan curah pengangkutannya dilakukan oleh :
  • Special hooper bottom car, berkapasitas 400 barrel.
  • Tank Truck berkapasitas 250 barrel.
  • Water tight barge dengan kapasitas lebih dari 400 barrel.
Untuk membongkar semen dari hooper digunakan screw conveyor, bucket conveyor yang tertutup, atau pneumatic air pump conveyor.

pneumatic air pump conveyor
Pneumatic Air Pump Conveyor

Untuk management alat berat bisa dibaca disini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efek Samping Pekerjaan Dewatering

Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan mulus tanpa akibat-akibat samping terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan. Dewatering dapat menyebabkan settlement karena: Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well). Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress. Untuk kasus nomor.1 dan nomor 2 masih bisa untuk di kontrol dengan suatu metode yang layak, tetapi yang terakhir dapat saja terjadi pada metode yang layak sekalipun. Dampak lain dari pekerjaan dewatering , selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek konstruksi). Adalah sebagai berikut: Dapat menyebabka

Metode Dewatering OPEN PUMPING

Pada metode dewatering ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam lubang galian, kemudian di pompa keluar melalui sumur/ selokan penampung di dasar galian. Gambar Potongan Tampak Atas Metode Open Pumping ini digunakan bila: Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi Jumlah air yang akan dipompa tidak besar (debitnya) Dapat dibuat sumur/ selokan penampung untuk pompa . Galian tidak dalam. Pelaksanaan Metode Open Pumping : Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang di pompa , sejak sebelum penggalian dimulai. Penggalian diakukan sampai kedalaman rencana, bila belum sampai pada kedalaman rencana sudah tergenang air yang cukup mengganggu pekerjaan galian, maka penggaliannya dilakukan secara bertahap. Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat pompa isap . Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan ( pompa submersible lebih baik dibanding pompa biasa). Bila kedalaman galian mele