Langsung ke konten utama

Metode Dewatering Cut Off

Pada metode dewatering cut off ini aliran air tanah dipotong dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan:
  1. Steel Sheet Pile
  2. Concrete diaphragm wall
  3. Secant piles
  4. Slurry Trenches (tidak dapat berfungsi sebagai penahan tanah)
Metode Dewatering Cut Off
Potongan Metode Cut Off
Metode Dewatering Cut Off
Tampak Atas Metode Cut Off
Metode Cut Off, digunakan bila:
  • Sama dengan persyaratan pada Metode dewatering predrainage, kecuali item terakhir (karena pada metode dewatering Cut Off ini tidak ada penurunan muka air tanah di sekitarnya).
  • Dinding Cut Off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.
  • Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air tanah.
  • Tidak tersedia saluran pembuang (saluran drain).
  • Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan basement.
Pelaksanaan Metode Cut Off:
Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong aliran air dengan suatu dinding pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari pergerakan air tanah, Metode dewatering cut off ini paling baik, karena tidak terjadi aliran air tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air tanah di sekeliling luar daerah galian. Jenis dinding yang digunakan beserta urut-urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut::
1. Steel Sheet Pile:
  • Tetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan, karena steel sheet pile tersebut juga berfungsi sebagai struktur penahan tanah.
  • Tetapkan model profil yang terletak pada belokan (biasanya menggunakan profil yang ada dipotong dan disambung kembali sesuai model yang dikehendaki).
  • Bila diperlukan, steel sheet pile dapat disambung lebih dulu sebelum dipancang, dengan memperhatikan agar alur sambungan dengan steel sheet pile yang lain tetap terjaga.
  • Steel Sheet Pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman agar steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil. 
  • Steel sheet pile berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan dengan steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang yang kita kehendaki.
  • Pemancangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu sampai kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel sheet pile tidak keluar dari interlocking selama proses pemancangan, disarankan menggunakan Vibro Hammer yang dilayani dengan Crane. Disarankan dipancang bagian tengah lebih dulu.
  • Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki yaitu sampai pada lapisan impermeable, barulah pekerjaan galian dapat dimulai. Bila diperlukan steel sheet pile dapat diperkuat dengan strutting yang dipasang bersamaan mengikuti pekerjaan galian. Bermacam-macam jenis perkuatan dapat dilakukan, tergantung hal-hal yang mempengaruhinya. Bila galian terlalu lebar, penggunaan strutting tidak efisien, sebagai gantinya diperlukan bracing.
  • Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat digunakan sistem angkur.
  • Bila pada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable (clay) yang ketebalannya tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa quick sand, di luar dinding steel sheet pile dipasang pressure relief well (Sumur pelepasan tekanan).
  • Bila lapisan impervious letaknya sangat dalam, untuk memperkecil hydraulic gradient (untuk mengurangi tinggi tekanan air) pemancangan steel sheet pile dapat diperdalam. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya peristiwa quick sand. Air tidak akan muncul pada dasar galian karena telah kehabisan tinggi tekanan airnya.


Metode Dewatering yang lain:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efek Samping Pekerjaan Dewatering

Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan mulus tanpa akibat-akibat samping terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan. Dewatering dapat menyebabkan settlement karena: Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well). Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress. Untuk kasus nomor.1 dan nomor 2 masih bisa untuk di kontrol dengan suatu metode yang layak, tetapi yang terakhir dapat saja terjadi pada metode yang layak sekalipun. Dampak lain dari pekerjaan dewatering , selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek konstruksi). Adalah sebagai berikut: Dapat menyebabka

Metode Dewatering OPEN PUMPING

Pada metode dewatering ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam lubang galian, kemudian di pompa keluar melalui sumur/ selokan penampung di dasar galian. Gambar Potongan Tampak Atas Metode Open Pumping ini digunakan bila: Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi Jumlah air yang akan dipompa tidak besar (debitnya) Dapat dibuat sumur/ selokan penampung untuk pompa . Galian tidak dalam. Pelaksanaan Metode Open Pumping : Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang di pompa , sejak sebelum penggalian dimulai. Penggalian diakukan sampai kedalaman rencana, bila belum sampai pada kedalaman rencana sudah tergenang air yang cukup mengganggu pekerjaan galian, maka penggaliannya dilakukan secara bertahap. Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat pompa isap . Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan ( pompa submersible lebih baik dibanding pompa biasa). Bila kedalaman galian mele